REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses pencarian yang panjang akhirnya mengantarkan Philip Flood
kepada Islam. Baginya risalah yang dibawa Muhammad SAW tersebut mampu
memberikan Flood ketenteraman batin dalam arti yang sesungguhnya. Kini,
13 tahun sudah pria asli Irlandia itu menjalani kehidupan sebagai
seorang Muslim.
Flood berasal dari keluarga yang bermukim di Ringsend, sebuah kawasan di pinggiran Kota Dublin. Ayah dan ibunya merupakan penganut Katolik. Walaupun begitu, ia mengaku tidak pernah meyakini ajaran Nasrani tersebut.
Ia mengungkapkan, kebanyakan orang akan memeluk agama yang dianut oleh keluarga yang membesarkannya. Namun, tidak demikian halnya dengan Flood. “Saya tidak pernah merasa memperoleh kebenaran dari ajaran Katolik,” ujar Flood membuka kisah perjalanan spiritualnya, seperti dikutip Irish Independent.
Semasa kecilnya, Flood sempat melaksanakan sejumlah ritual Katolik. Mulai dari Komuni Kudus Pertama, Konfirmasi, menghadiri Misa, hingga menjadi putra altar. Di samping itu, ia juga memiliki pergaulan yang baik dengan kalangan pastor dan suster. “Namun, itu semua tidak mengubah keyakinan saya. Saya tidak pernah percaya kepada Yesus yang berada di tiang salib,” katanya.
Sebelum berkenalan dengan Islam, Flood sempat menjadi pemeluk Buddha selama lima tahun. Ia juga pernah terlibat kecanduan alkohol dan obat-obatan sehingga harus menjalani rehabilitasi. Dalam salah satu program pemulihan yang dijalaninya ketika itu, Flood diminta untuk melakukan meditasi dan memperbaiki hubungan sadarnya dengan Tuhan. Dari situ, Flood mulai melirik ajaran agama-agama lain di luar Kristen.
“Saya masih lajang pada waktu itu dan saya tidak pernah siap untuk berkeluarga karena gaya hidup yang saya jalani,” ujarnya.Suatu ketika, Jumat malam, Flood sedang berjalan-jalan di pinggir Pantai Sandymount Strand yang berada di timur Kota Dublin. Di sana, ia berjumpa dengan sepasang suami istri Muslim asal Libya. Setelah perkenalan singkat, Flood pun mulai terlibat percakapan dengan mereka.
“Di antara topik yang kami bahas ketika itu juga menyinggung soal agama. Saya ceritakan kepada mereka tentang Buddha dan ajaran-ajarannya. Sedangkan, mereka pun menceritakan kepada saya tentang Islam,” ujarnya.
Selepas pertemuan di pantai tersebut, pasangan suami istri tadi mengajak Flood untuk mengunjungi apartemen mereka. Di situ, ketiganya kembali terlibat diskusi tentang beragam topik. Sejak itu, Flood pun mulai terbiasa berkunjung ke kediaman pasangan Muslim asal Libya tersebut.
Setelah cukup lama bergaul dengan mereka, Flood akhirnya merasa tertarik untuk mempelajari Islam. Karenanya, ia pun membeli sebuah Alquran di salah satu toko Pakistan yang berada di pusat kota Dublin. “Saya mulai bisa memahami Alquran lebih banyak setelah mendiskusikannya dengan pasangan suami istri Libya yang kini sudah menjadi sahabat saya,” katanya.
Pada satu waktu Flood menyempatkan diri untuk mengunjungi masjid. Di sana, ia mendengar seruan azan. Ketika itu, Flood merasa seolah-olah jiwanya telah terhubung dengan seruan shalat tersebut. “Ada pengalaman sangat spiritual yang saya rasakan ketika berada di masjid,” ujarnya mengaku.
Akhirnya, momen penting itu
datang juga. Pada 2002 Flood akhirnya mengikrarkan dua kalimat syahadat
dan menjadi seorang Muslim. Beruntungnya lagi, keluarga Flood
menyambut keislamannya itu dengan antusias. “Keluarga saya senang
melihat perubahan dalam diri saya,” katanya.
Beberapa tahun lalu, pada usianya yang tak lagi muda, Flood menikahi seorang Muslimah asal Maroko. Keduanya sekarang dikaruniai dua orang anak. Setiap hari Flood rutin mendengarkan lantunan Alquran walaupun hanya sepotong kecil ayat.
Ia juga terus mendalami ajaran Islam agar bisa menjadi Muslim yang lebih baik ke depannya. Bagi Flood Islam betul-betul menghadirkan ketenteraman batin yang selama ini selalu dicarinya. Ia pun mengaku merasa jauh lebih baik setiap kali menunaikan shalat fardhu lima kali sehari.
“Di rumah, saya sering memutar stasiun televisi Arab hanya untuk menyaksikan dua tempat suci umat Islam, yakni Makkah dan Madinah. Saya mendapatkan banyak kedamaian ketika menonton itu,” aku pria Irlandia 61 tahun itu
Beberapa tahun lalu, pada usianya yang tak lagi muda, Flood menikahi seorang Muslimah asal Maroko. Keduanya sekarang dikaruniai dua orang anak. Setiap hari Flood rutin mendengarkan lantunan Alquran walaupun hanya sepotong kecil ayat.
Ia juga terus mendalami ajaran Islam agar bisa menjadi Muslim yang lebih baik ke depannya. Bagi Flood Islam betul-betul menghadirkan ketenteraman batin yang selama ini selalu dicarinya. Ia pun mengaku merasa jauh lebih baik setiap kali menunaikan shalat fardhu lima kali sehari.
“Di rumah, saya sering memutar stasiun televisi Arab hanya untuk menyaksikan dua tempat suci umat Islam, yakni Makkah dan Madinah. Saya mendapatkan banyak kedamaian ketika menonton itu,” aku pria Irlandia 61 tahun itu